Orang bijak tidak pernah berkata

Lahir dalam kemiskinan, lahir dalam peperangan. Orang tua mati begitu cepat. Anak itu tidak diminta lahir. Hanya sebuah ego akan kebaikan orang tua. Kebaikan yang menyebabkan anak itu harus lahir. Segala persepsi agama memenuhi pikiran sekeliling. Membuat anak itu terus bertanya berlari dan menyepi. Menyalahi diri sendiri yang tidak pernah ia buat. Anak itu hanya lahir sebagai ego dari sebuah “kebaikan religi”. Dan ORANG BIJAK BERKATA … Hadapilah semuanya, Tuhan pasti memberikan kita cobaan yang kita bisa hadapi.

Lahir dengan kekurangan, tidak bisa melihat, melangkah atau bahkan mati seketika. Anak itu disambut oleh seluruh keluarga dan kerabat. Mereka mengatakan itu adalah takdir dan karma. Mereka menyayangi dengan segala persepsi agama. Tiap malam anak itu bicara dengan dirinya sendiri. Mengapa itu menimpa dirinya. Setiap malam, anak itu seketika keluar dari semua persepsi religi. Hidup mungkin bagi semua orang hanya untuk mengumbar pengetahuan betapa tingginya kesadaran spiritualitas dan religi. Setelah mengumbarnya, seketiga lega merasa dekat denganNya. Ego kebaikan dimana – mana. Anak itu tiap hari bersedih, bagai mati di dalam badan yang hidup. Tidak semua orang bisa menikmati “nikmat mana lagi yang kau dustakan ?”. Dan ORANG BIJAK BERKATA … Bersyukurlah apa yang ada, biar bagaimana pun hidup itu anugrah.

Mungkin hidupnya dihadiahi beberapa sifat baik. Berpikir, berkata dan berbuat yang dapat diterima. Tidak setiap anak lahir dalam kondisi tabiat yang begitu mulia diterima. Terkadang memang dia lahir dengan penuh dendam, dengan penuh iri dengki dan dengan penuh ketamakan. Meski mendapatkan orang tua dan lingkungan yang baik. Anak itu kini sudah besar, dan ia berlari mencari sepi. Dia bertanya, mengapa aku begini. Dengan sifat buruk yang dibawa sejak kelahirannya. Makin lama ia makin menderita, menerima penolakan dan banyak penghindaran. Tidak semua orang berhasil menguasai sifat keburukannya. Orang yang kelihatan baik itu tinggal menunggu giliran aibnya dibuka. Dan ORANG BIJAK BERKATA … jauhilah keburukan, utamakanlah kebaikan.

Seketika, dengan penuh kesadaran dan pemikiran. Kita memang dimasuki setan dengan cara yang berbeda. Dengan cara yang lebih membuat ego kita tersimpan dalam kebaikan. Ego yang sulit diatasi karena tersimpan jadi satu dengan hal – hal baik. Hal – hal baik yang menyatu dengan segala keburukan. Itu tidak dapat kita sentuh. Mungkin bagi mereka saja yang sudah tidak peduli nama baiknya tercoreng. Mereka yang tidak berusaha menutupi keburukan dan mulai bersahabat dengan keburukannya sendiri. Tidak peduli diterima orang atau tidak. Mereka sedang menyatukan keutuhan dirinya menjadi satu kesatuan. Bukan keseimbangan yang selalu membingungkan. Keseimbangan yang menjadi tempat keburukan bersembunyi.

Ketahuilah, ORANG BIJAK TIDAK AKAN PERNAH BERKATA – KATA. Karena setiap kata seperti tidak peduli akan maknanya sendiri. Sebuah ungkapan hanya merekayasa persepsi. Mungkin itu sebabnya semua ajaran tidak pernah langsung dikotbahkan dalam sebuah tulisan. Karena tulisan dan berkata – kata sangat jauh dari kebijaksanaan. Orang bijak adalah mereka yang merangkai, mengemas, membungkus masa lalu dan kenangannya menjadi lebih indah dan dapat diterima. Entah berguna atau tidak. Entah ada yang peduli atau tidak. Setelah masa lalu dan kenangan itu dibungkus bersama segala macam persepsi dalam kehidupannya, orang bijak itu lalu membuangnya ke bak sampah. Orang bijak itu lalu pergi, yang ada hanya menjalani hidupnya saja, dia pergi dan tidak pernah menoleh ke belakang, apa lagi berkata – kata. Orang bijak tidak akan pernah berkata – kata.

Leave a comment